Monday, September 14, 2015

Masih Suka Kertas

Kita berada di kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan pada abad ke 19. Kini umat manusia memasuki era digital, yaitu semua hal berbasis komputer atau elektronik. Contoh jelasnya yaitu pada kamera. Pada masa sebelum tahun 2000, sangat populer kamera dengan menggunakan film. Pencetakan hasil fotonya membutuhkan waktu 15 sampai 30 menit. Itupun terkadang ada hasil foto yang tidak bagus atau disebut terbakar. Pada masa sekarang, disaat mayoritas menggunakan kamera digital, semua hal itu berubah drastis. Kamera digital dapat melihat hasil foto yang barusan dicetak dengan mudah. Pencetakannya pun dapat dilakukan siapa saja yang punya alat print, tanpa harus ke tempat cetak foto. 

Begitu pula hal yang berhubungan dengan kertas. Pada masa sekarang, media cetak mulai beralih ke media online. Seperti majalah, koran, bahkan buku pelajaran. Seorang ayah dapat membaca koran langsung dari smartphonenya. Seorang ibu dapat melihat resep masakan pada majalah yang ada di tabletnya. Begitu pula pelajar dapat membaca buku pelajaran pada laptopnya. 

Gaya hidup membaca media cetak berubah menjadi membaca media pada elektronik dipicu oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat. Juga karena kesadaran manusia terhadap kertas yang ternyata dalam pembuatannya menggunakan begitu banyak kayu. 

Kayu berasal dari pohon. Penggunaan kertas yang berlebihan dapat diartikan membutuhkan penebangan kayu yang banyak pula. Hal ini mengakibatkan hutan akan semakin gundul. Udara polusi tidak dapat diolah menjadi oksigen yang segar, karena paru – paru dunia semakin tipis.

Berikut adalah infographic fakta penggunaan kertas:

Dari infografik tersebut, terlihat hasil survey yang dilakukan di Amerika Serikat. Tiap tahunnya, tercetak 24 milyar koran, 12,5 milyar katalog dan 350 juta majalah. Bila di total, semuanya menghabiskan sekitar 169 juta pohon. 

Selain penggunaan kayu sebagai bahan bakunya. Dalam produksi kertas juga menggunakan banyak energi. Seperti pada infografik di bawah ini :

Pembuatan kertas cukup panjang. Setelah dipilih, kayu – kayu tersebut dibuat menjadi pulp. Lalu dibuat lembaran basah, lalu dikeringkan. Setelah itu diratakan kembali. Kemudian kertas yang sudah jadi dipotong sesuai kebutuhan. 

Hal ini memberi informasi bahwa selain tidak ramah lingkungan. Pembuatan kertas juga tidak hemat energi dibandingkan menggunakan media elektronik.

    Tetapi persoalan tidak berhenti sampai disitu. Tidak cukup solusinya hanya menggunakan media elektronik. Karena faktanya terlalu lama membaca media online atau selalu kontak dengan layar. Membuat mata lelah dan tidak nyaman. Oleh karena itu, masih banyak orang yang berminat pada media cetak. Seperti orang lebih suka membaca novel cetak daripada membelinya secara online untuk disimpan di smartphonenya.

      Karena persoalan itu, dicari pembuatan kertas yang ramah lingkungan. Contoh dari pembuatan kertas yang ramah lingkungan, misalnya  Pembuatan kertas dari produk nata.
Produk nata adalah produk yang berasal dari fermentasi. Yang umum berada di masyarakat yaitu nata de coco (dari air kelapa), nata de pina (dari limbah nanas), dan nata de soya (dari limbah tahu). Ketiganya merupakan bahan selulosa murni. Inovasi ini diusulkan untuk menjadi upaya pengurangan emisi dari deforestisasi dan degradasi hutan akibat pembuatan kertas.
Caranya adalah mencampurkan produk nata ke dalam bahan baku kertas dari kayu dengan 50 – 75p persen. Dengan ini bisa menghemat pemakaian kayu hingga 75%. Selain itu, untuk mendukung program ini dilakukan revitalisasi pesisir dengan menanam pohon kelapa. Produksi selulosa menggunakan mikroba juga mengurangi proses penghilangan lignin dan tidak perlu pemutihan dengan klorin sehingga tidak mencemari lingkungan.

Cara pembuatan secara lengkapnya yaitu :

Penyiapan starter (modifikasi dari Cienchanska et al., 1998)
Satu liter air kelapa (disaring dan dimasak selama 2 jam) ditambahkan 40 g gula pasir, 5,6 g ZA, dan 6 mL asam asetat untuk mendapatkan pH 3-4. Biakan A. xylinum, diinokulasikan dan dibiarkan selama 4 hari pada suhu 25-27ºC.

Produksi selulosa mikrobial (nata de coco)
Media produksi selulosa mikrobial dipersiapkan sama dengan persiapan starter hanya saja asam asetat yang ditambahkan lebih sedikit (pH media produksi adalah 5). Setelah dibiarkan semalam, media produksi ditambahkan strater dan difermentasi selama selama 7 hari pada suhu 25–27ºC. Selulosa mikrobial yang diperoleh dipurifikasi dengan pemasakan dalam NaOH 1 % (b/v) pada suhu 60ºC selama 20 menit (Krystynowicz dan Bielecki, 2005).

Pembuatan Pulp Selulosa Mikrobial (Casey, 1980)
Pulp selulosa mikrobial dibuat dengan menggunakan niagara beater selama 5 menit (tanpa beban). Serat yang telah diurai, kemudian disaring menggunakan kain. Dilakukan penentuan kadar air dan rendemen pulp yang diperoleh.

Pembentukan Lembaran (Modifikasi Casey, 1980)
Lembaran (kertas) selulosa mikrobial yang dibentuk adalah 630 cm2 (30 cm x 21 cm) dengan gramatur 60 g m-2. Bahan yang diperlukan per lembar kertas adalah 3,78 g pulp selulosa mikrobial (berat kering oven, BKO) dengan konsistensi serat 1 %, tawas 2 % BKO, tapioka 0-2,5 % BKO, dan kaolin 0-5 % BKO.

Analisis Konversi Biomassa
Analisis konversi biomassa bertujuan untuk mengetahui peranan atau manfaat penggunaan selulosa mikrobial sebagai selulosa alternatif dalam pembuatan kertas. Peranan yang dikaji berdasarkan penghematan jumlah kayu yang dibutuhkan dalam menghasilkan pulp yang disubstitusi dengan menggunakan selulosa mikrobial.

Hasil analisisnya Selulosa mikrobial yang dihasilkan memiliki nilai kadar air yang tinggi yaitu 98 %. Pemurnian selulosa mikrobial dalam NaOH 1 % (b/v) menghasilkan lembaran dengan warna yang relatif putih (tidak membutuhkan proses bleaching). Pada selulosa mikrobial tidak terkandung lignin dan zat-zat ekstraktif seperti pada kayu. Dengan demikian proses pembuatan pulp selulosa mikrobial relatif sederhana dan ramah lingkungan. Penguraian serat selulosa mikrobial dilakukan dengan alat pengurai serat niagara beater cukup dilakukan satu tahap, lebih mudah bila dibandingkan dengan penyiapan pulp dari kayu.

Keunggulan pembuatan kertas dengan cara ini adalah :
  • Berbahan baku dari komoditas (selulosa mikrobial dari air kelapa) dengan periode produksi dan panen yang jauh lebih pendek jika dibandingkan dengan kayu
  • Selulosa mikrobial relatif murni sehingga tidak memerlukan bahan dan proses delignifikasi
  • Memiliki warna yang cenderung putih/bening sehingga relatif tidak/kurang memerlukan bahan dan proses pemutihan
  • Memiliki beberapa sifat fisik yang lebih baik dibanding kertas dari selulosa kayu, batang pisang dan jerami


Demikian penjelasan tentang pembuatan kertas yang ramah lingkungan dengan menggunakan nata. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menemukan cara yang lebih efektif untuk menuntaskan permasalahan tentang produksi dan penggunaan kertas sebagai media cetak.


Daftar Pustaka
Syamsu,Khaswar, Han Roliadi, Krishna Purnawan Candra, Siti Sartika Hardiyanti. 2012. PRODUKSI KERTAS SELULOSA MIKROBA NATA DE COCO DAN ANALISIS BIOKONVERSINYA (ISSN 1858-2419 Vol. 8 No. 2). Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Mulawarman

http://gift4earth.wwf.or.id/library/admin/attachment/clips/e1_011011_KOMPAS_Produksi%20Kertas%20Ramah%20Lingkungan%20Ditemukan.pdf 

https://gunawansuryapaper.wordpress.com/

http://www.bic.web.id/login/inovasi-indonesia-unggulan/515-kertas-ramah-lingkungan

http://www.bic.web.id/login/inovasi-indonesia-unggulan/1116-kertas-berkualitas-tanpa-selulosa-kayu

Syamsu, Khaswar, Renny Puspitasari, Han Roliadi. 2012. PENGGUNAAN SELULOSA MIKROBIAL DARI NATA DE CASSAVA DAN SABUT KELAPA SEBAGAI PENSUBSTITUSI SELULOSA KAYU DALAM PEMBUATAN KERTAS (ISSN 2252-3324 Vol.1 No.2, p 118 – 124). E-Jurnal Agroindustri Indonesia. Institut Pertanian Bogor

No comments:

Post a Comment